Tantangan Menutup Media Sosial |
Hidup itu memang penuh tantangan dan dengan tantangan hidup
menjadi lebih menyenangkan. Menjadi lebih berwarna dan tidak monoton. Seperti
apa yang ada dalam slogan sebuah makanan ringan: “life is never flat”. Hidup memang tidak pernah datar karena hidup
itu penuh dengan cobaan dan masalah. Karena dengan masalah manusia akan
ditingkatkan derajatnya. Karena dengan masalah manusia itu hidup.
Masalah dan tantangan bisa datang dari dua sisi yaitu dari
luar dan dari dalam diri pribadi manusia. Tantangan datang dari diri manusia
secara pribadi muncul berdasarkan banyak latar belakang. Salah satunya adalah
karena ingin keluar dari zona nyaman. Sifat tantangan pun bisa bersifat positif
ataupun negatif. Bisa pula dalam skala besar atau kecil.
Sejarah telah mencatat bahwa banyak manusia yang menantang
diri mereka sendiri untuk menguji seberapa tinggi kemampuan manusia. Menyeberangi
gedung WTC dengan seutas tali tanpa pengaman, menaklukan puncak Everest,
perjalanan berpuluh-puluh ribu mil melalui jalur darat, melakukan penelitian
untuk kemajuan peradaban, menjadi jurnalis disuatu negara yang penuh dengan
konflik, mereka adalah beberapa manusia yang tercatat dalam sejarah mampu untuk
menjawab tantangan dan meraih mimpinya.
Saya pun begitu, saya juga punya mimpi dan tantangan yang
ingin saya jawab dan wujudkan. Ada salah satu tantangan yang bisa saya bagikan
kepada anda. Tantangan ini tidak bersifat besar dan “waah” seperti apa yang telah
saya sebutkan sebelumnya. Tapi manusia “jaman now” tidak mudah untuk
meninggalkannya. Salah satu tantangan itu adalah selama satu bulan saya tidak
menggunakan media sosial. Dalam kasus ini adalah media sosial Instagram.
Kenapa Instagram? Karena Instagram adalah media sosial yang sering
saya gunakan dalam setiap harinya. Entah itu untuk mendapatkan informasi atau
“sekedar” melepas kepenatan dikala menunggu atau bosan. Tantangan ini bermula ketika saya merasa resah dengan apa yang
disuguhkan di media sosial Instagram. Yang sebenarnya tantangan ini merupakasan
hasil muhasabah, instropeksi diri, merenung, memikirkan apa yang telah selama
ini saya lakukan.
Di dalam media sosial banyak sekali konten yang bersifat
positif dan negatif. Begitupun tujuan dan cara penggunaannya. Media sosial dapat
digunakan untuk hal yang bersifat positif seperti tempat berbagi inspirasi dan
kreasi begitupun tempat untuk berbisnis atau sebaliknya menjadi tempat berita
hoax, penebar kebencian dan lain sebagainya.
Tidak mudah untuk meninggalkan media sosial di era serba
internet. Terlebih Instagram adalah media sosial nomor dua terbanyak
penggunanya setelah Facebook menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) pada tahun 2016 lalu. Walaupun selama tahun 2017 saya melihat bahwa orang-orang di lingkungan pertemanan saya paling banyak
mengakses Instagram daripada media sosial lainnya. Terlebih banyak dari mereka
yang sudah meninggalkan Twitter dan Facebook. Sehingga Instagram adalah media
sosial yang paling populer untuk berbagi informasi dan kabar.
Ada banyak hal yang mengakibatkan seseorang tidak bisa jauh
dan sulit meninggalkan media sosial Instagram. Beberapa diantaranya adalah
manusia tersebut sudah mengalami kecanduan, Instagram sebagai tempat berbisnis
dan meraih keuntungan, wadah untuk berkarya, tempat untuk meraih kepopuleran,
media untuk menyebarkan misi tertentu, tempat untuk meraih informasi, tempat
untuk bersosialisasi dengan masyarakat, membuka Instagram sudah menjadi
kebiasaan, Instagram sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan sebagai tempat
seseorang melihat kabar terbaru dari dia yang tersayang. Ehem.
Ada banyak alasan kenapa saya memutuskan untuk meninggalkan
Instagram atau tidak menggunakannya dalam kurun waktu tertentu. Dua
diantaranya adalah banyaknya perdebatan
tidak sehat yang tidak mencerminkan jati diri orang Indonesia dan banyak waktu
yang terbuang sia-sia karenanya.
Sebelum saya memutuskan untuk berhenti dari Instagram selama
satu bulan, beberapa kali saya juga mencoba untuk berhenti dalam kurun waktu
yang lebih singkat. Namun selalu gagal. Bahkan dalam satu waktu bisa meng-install aplikasi Instagram setelah
beberapa waktu yang singkat sebelumnya di-uninstall,
dan itu saya lakukan beberapa kali. Akhirnya setelah melakukan beberapa percobaan dan gagal, saya
menemukan formula untuk bisa meninggalkan Instagram.
Yang pertama tentu saja memperbaiki niat dan tidak ada niat
yang begitu indah kecuali berniat karena beribadah kepada Allah. Kemudian ada
beberapa hal yang bisa dilakukan yaitu meng-uninstall
aplikasi Instagram dan ‘Instagram Followers’. Instagram Followers merupakan
sebuah aplikasi dimana kita bisa melihat siapa saja yang follow, unfollow, dan siapa saja orang yang nge-block akun kita. Ini sangat dianjurkan
untuk di-uninstall karena terkadang
kita kepo dengan aplikasi ini dan akhirnya menggunakan aplikasi Instagram lagi.
Namun, sebelum meng-uninstall
aplikasi Instagram, saya mengubah keamanan akun menjadi private. Hal ini saya lakukan untuk
jaga-jaga kalau saja ada teman yang mulai mem-follow akun Instagram milik saya tapi tidak segera saya followback. Padahal saya sedang
melakukan tantangan. Selain itu juga memberikan kabar kepada teman-teman lewat
Instagram story bahwa selama satu
bulan kedepan saya sedang menjalankan tantangan dan tentu saja tidak bisa
dihubungi lewat Instagram. Hal ini sebenarnya tidak ingin saya lakukan tapi
berhubung ada beberapa teman yang biasa menghubungi saya lewat DM maka akhirnya
saya putuskan untuk membuat Instagram story
tersebut.
Adapun hal lain yang sebenarnya tidak penting namun pada
akhirnya saya lakukan, yaitu merubah foto profil bertuliskan kata HIATUS
berwarna putih dengan latar hitam dan bio yang bertulis: “Berhenti sejenak dari
penatnya dunia sosial media. Belajar dan bersenang-senang di dunia nyata.”.
Tantangan ini dimulai tanggal 9 Januari 2018 dan hal ini
sudah berlangsung melebihi target. Yang awalnya akan berhenti sampai tanggal 9
Februari 2018 tapi sampai sekarang tulisan ini di-publish saya masih enggan untuk menggunakan Instagram lagi. Setidaknya ini membuktikan bahwa manusia masih bisa hidup tanpa menggunakan Instagram.
Berhenti menggunakan Instagram pada awalnya memang tidak
mudah. Ada saja hal yang mengharuskan saya untuk membuka Instagram namun urung
saya lakukan. Selain itu ada e-mail juga yang masuk berkatian dengan Instagram dari
seseorang yang belum saya kenal. Kalau dari namanya dia bukan orang Indonesia. Selain itu cara berkomunikasinya dengan menggunakan bahasa Inggris. Menghubungi saya perihal konten yang ada di akun Instagram saya namun sampai sekarang belum juga saya balas. Bukan karena sombong
tapi inilah tekad saya untuk berhenti dari Instagram.
Selain itu kenapa saya tidak mudah untuk meninggalkan Instagram
karena saya memiliki beberapa akun lain di Instagram selain akun pribadi. Tapi
tak apalah lagian akun lain juga belum kuat pondasinya. Tapi yang pasti
akun-akun tersebut bukan akun bodong penebar berita hoax.
Sebelum Instagram menjadi candu untuk saya memang langkah
yang tepat adalah mencegahnya. Karena mencegah lebih baik daripada mengobati.
Seperti kasus dua orang anak yang masuk rumah sakit jiwa karena kecanduan handphone dan internet.
Setiap orang memiliki cara masing-masing dalam membuat kehidupan
yang lebih baik. Dan hal ini adalah sebuah langkah kecil yang bermanfaat untuk
diri saya pribadi. Saya tidak mengkampanyekan kepada orang-orang untuk berhenti
menggunakan media sosial. Karena di media sosial sendiri juga banyak sekali hal positif dan
kita bisa menjadi bagian darinya. Namun, untuk sekarang jalan ninja yang
saya pilih adalah berhenti sejenak darinya. Meluangkan waktu untuk
bersosialisasi dan menjadi bermanfaat di dunia nyata.
Jadi pembaca yang budiman dan budiwoman apakah kamu
tertantang untuk menantang dirimu sendiri? Melaksanakan lima kali shalat fardhu di masjid tanpa tertinggal takbiratul ihram dari Imam selama 40 hari bertutut-turut atau menanam pohon setiap minggunya mungkin. Terserah, apa saja. Yang pasti itu baik dan tidak merugikan makhluk dan alam.