Sabtu, 31 Desember 2022

Published 22.38.00 by with 0 comment

Rangkaian Mimpi Buruk dan Tindihan

unsplash.com/Quin Stevenson

Beberapa hari lagi sudah memasuki tahun 2023 dan selama satu tahun ini saya tidak pernah membagikan cerita di blog. Sebenarnya ada beberapa cerita yang ingin saya bagikan tapi pada akhirnya urung saya lakukan. Cerita-cerita tersebut juga merupakan cerita-cerita lama. Karena hidup saya sekarang masih monoton tak banyak cerita.

Sekitar satu minggu yang lalu, saya mengalami mimpi buruk. Mimpi buruk yang tentu saja menyebalkan. Jujur saja saya lupa mimpi buruknya tentang apa. Tapi kejadian malam itu yang masih saya ingat. Pada malam itu saya terbangun karena mimpi buruk dan memutuskan untuk tidur kembali. Tapi pada saat saya terlelap saya kembali mengalami mimpi buruk dan itu berulang-ulang. Bangun-tidur lagi, bangun-tidur lagi. Bahkan sampai pindah posisi dan sempat keluar kamar untuk jalan-jalan sebentar tetap saja masih mimpi buruk. Saya tidak ingat sampai berapa kali tapi pada akhirnya saya kembali ke posisi awal dan mimpi buruk itu tak terjadi lagi. Kejadian ini mengingatkan saya tentang apa yang sering saya alami dulu di tahun 2016-2017.

Dalam ingatan saya, saya mengalami mimpi buruk selama satu tahunan. Ada patokan kejadian yang membuat saya ingat apa-apa saja yang terjadi pada masa itu. Kejadian itu adalah meninggalnya bapak pada bulan Januari tahun 2017. Saya mengalami mimpi buruk jauh sebelum meninggalnya bapak sampai jauh setelah meninggalnya bapak. Jadi kemungkinan rangkaian mimpi buruk ini saya alami pada tahun 2016 sampai tahun 2017. Atau mungkin berakhir pada tahun 2018.

Entah kenapa pada waktu itu sering sekali saya mengalami mimpi buruk. Pernah berpikir kalau yang saya alami ini karena guna-guna sihir. Karena pada saat itu sedang ada permasalahan mengenai hal tersebut dalam kehidupan saya. Tapi saya tidak tertarik menceritakan itu sekarang dan saya lebih cenderung percaya dengan alasan kedua. Alasan kedua yaitu karena saya yang sedang stress. Stress adalah suatu hal yang masuk akal karena tahun 2016 adalah tahun dimana saya seharusnya sudah diwisuda. Normalnya saya lulus pada tahun itu tapi judul skripsi saya saja sering ditolak. Logis sekali kalau saya banyak pikiran dan akhirnya stress kemudian sering mimpi buruk.

Banyak mimpi buruk itu yang sampai sekarang masih saya ingat. Akan tetapi saya tidak tertarik untuk menceritakan isi mimpi-mimpi buruk itu. Hal itu juga tidak dibenarkan dalam agama saya yaitu agama Islam. Dalam agama yang saya yakini kebenarannya mengatakan bahwa mimpi buruk tidak boleh diceritakan sedangkan mimpi baik boleh untuk diceritakan. Mimpi baik datangnya dari Allah sedangkan mimpi buruk datangnya dari setan. Menurut sumber yang saya ketahui, ulama mengatakan ada jenis mimpi yang ketiga yaitu mimpi yang datangnya dari khayalan-khayalan ketika kita sadar. Contohnya adalah ketika kita sedang sadar kita selalu menghayalkan seseorang dan akhirnya seseorang itu datang ke dalam mimpi kita.

Saya tidak berniat menceritakan isi mimpi-mimpi buruk yang saya alami namun saya ingin menceritakan hal-hal apa saja yang terjadi ketika saya terbangun dan sadar. Ada juga hal konyol yang saya lakukan karena mengikuti mimpi tersebut. Bodoh sekali apa yang saya lakukan pada saat itu. Malu sekali rasanya kalau mengingat kejadian itu. Tidak perlu kalian ikuti juga apa yang saya lakukan di masa lalu. Cukup hal itu menjadi pelajaran bagi saya sendiri dan mungkin juga berguna bagi orang lain.

Kalau mimpi itu datangnya dari stres maka solusinya adalah tidak stress. Sedangkan mimpi buruk sendiri bikin saya tambah stres. Selain karena intensitas mimpi yang sering, isi dari mimpi itu pun sangat mengganggu. Pernah sampai saya tidak bisa membedakan antara dunia mimpi dan dunia sadar karena mimpi buruk saya itu sangat nampak realistis. Ketika sadar saya merasa sedang bermimpi. Sedangkan ketika saya mimpi, saya merasa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mimpi saya pernah menampar diri saya dan mencubit tangan saya dan itu terasa sakit. Sungguh sangat aneh dimana seharusnya itu tidak sakit. Bahkan tidak hanya sering mimpi buruk, pada saat itu saya juga sering yang namanya tindihan atau dikenal juga dengan rep-repan.

Rep-repan atau tindihan yang saya alami juga intensitasnya sering membuat saya sampai takut untuk tidur. Karena ketika tindihan saya merasa kesakitan. Tapi saya sama sekali tidak melihat sosok bayangan hitam seperti yang dialami orang-orang. Sakit yang saya rasakan adalah sesak nafas dan yang mungkin beda dari orang pada umumnya adalah rasa sakit di leher yang mencekik. Seperti leher saya dicekik menggunakan tangan yang besar karena hampir sekeliling leher merasakan. Tak cukup sampai disitu, ketika saya bangun pun rasa sakit yang mencekik di leher pun masih bisa saya rasakan. Kata orang kalau tindihan pindah posisi tidur atau tempat tidur. Tapi itu tidak memberi efek bagi saya pada waktu itu. Saya sudah pindah posisi tidur, pindah letak tidur, sempat melakukan aktivitas random, jalan-jalan masih saja saya mengalami tindihan yang menyiksa. Maka tak heran kalau dulu saya takut untuk tidur. Kemudian tidur sendiri karena badan sudah tidak kuat untuk bertahan dalam kondisi sadar. Tindihan ini yang saya ingat peristiwanya adalah setelah bapak saya meninggal. Jadi saya mengalami rangkaian mimpi buruk terlebih dahulu baru kemudian juga sering tindihan.

Saya sudah berusaha mengabaikan isi-isi yang terpancar dari mimpi begitupun mengabaikan tindihan. Ibarat kata kalau ada orang yang mengganggu kita abaikan maka orang itu akan pergi sendiri. Tapi ini tidak, masih saja saya mengalami rangkaian-rangkaian tak nyaman itu. Saya pernah berusaha melawan perasaan tidak nyaman yang ditimbulkan dari mimpi dan tindihan tapi tidak hilang-hilang juga.

Sampai akhirnya rangkaian mimpi buruk dan tindihan ini berhenti ketika pada suatu pagi saya terbangun dari tidur. Saya marah besar karena suatu mimpi yang saya alami sebelumnya. Pada waktu itu saya berteriak-teriak tapi masih saya tahan karena berada dalam lingkungan kosan. Saya mengeluarkan kalimat-kalimat seperti orang yang tidak beragama. Menantang-nantang melawan. Melawan sesuatu yang tidak saya ketahui dan mengerti.Kemudian saya mengikhlaskan segala sesuatu yang ada dalam mimpi saya. Misalkan kalau itu bakal terjadi, saya menerimanya. Begitupun juga keadaan orang-orang yang tergambar dalam mimpi saya. Yang mana mereka mengalami hal-hal yang tidak mengenakan. Walaupun begitu, karena saya masih memiliki rasa takut dan sedikit keimanan, saya memohon berdoa kepada Allah untuk saya dan orang-orang yang ada dalam mimpi saya untuk ditempatkan di tempat yang terbaik. Tempat yang diridhoi oleh Allah. Baik di dunia maupun di akhirat.

Alhamdulillah, saya tidak mengalami rangkaian mimpi buruk dan tindihan lagi. Cuma pernah sekali setelah peristiwa teriak-teriak itu. Yaitu sekitar seminggu setelahnya. Namun itu hitungannya ringan dan saya cuma tersenyum ketika saya bangun di pagi hari. Berkaitan dengan rangkaian mimpi buruk ini pun juga ada kaitannya dengan masalah cinta. Mungkin akan saya ceritakan di tulisan selanjutnya. Masih ada beberapa hal yang belum saya utarakan juga. Coba nanti saya pilih-pilih mana yang sekiranya layak untuk saya tulis. Kalau panjang-panjang nanti malah tidak upload tulisan sama sekali di tahun 2022 ini. Karena saya ingin upload tulisan setidaknya satu di tahun ini. Tulisan ini pun saya selesaikan di hari terakhir tahun 2022 yaitu tanggal 31 Desember. Sebenarnya beberapa hari yang lalu saya memulainya akan tetapi karena buntu kemudian sakit saya baru bisa melanjutkan di malam tahun baru ini. Sekian.


Read More
      edit

Jumat, 09 April 2021

Published 19.41.00 by with 0 comment

Adab Berbicara


Kerap dijumpai di tengah masyarakat, peristiwa yang berakhir saling bunuh atau saling membinasakan. Jika ditelisik lebih jauh, kejadian tersebut bermula dari cek-cok dan salah paham. Ini menjadi indikasi bahwa lidah memiliki bahaya besar jika tidak dijaga. Berikut beberapa adab terkait dengan urusan lidah atau bercakap.
1. Ucapan Bermanfaat
Dalam kamus seorang Muslim, hanya ada dua pilihan ketika hendak bercakap dengan orang lain. Mengucapkan sesuatu yang baik atau diam. Rasulullah Shallallahu ailihi wassalam (SAW) bersabda, "Barang siapa yang mengaku beriman kepada Allah dan hari pembalasan hendaknya ia berkata yang baik atau memilih diam. (Riwayat al-Bukhari).
2. Bernilai Sedekah
"Setiap tulang itu memiliki kewajiban bersedekah setiap hari. Di antaranya, memberikan boncengan di atas kendaraannya, membantu mengangkatkan barang orang lain ke atas tunggangannya, atau sepotong kalimat yang diucapkan dengan baik dan santun." (Riwayat al-Bukhari).
3. Menjauhi Pembicaraan Sia-Sia
Sebaiknya menghindari pembicaraan berujung kepada kesia-siaan. "Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh jaraknya dariku pada hari kiamat adalah para penceloteh lagi banyak berbicara." (Riwayat at-tirmidzi).
4. Tidak Terperangkap Ghibah
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” (al-Hujurat[49]: 12).
5. Stop Mengadu Domba
Hudzaifah Radhiyallahu anhu (RA) meriwayatkan, saya mendengar Rasulullah Shallallahu ailihi wassalam (SAW) bersabda, "Tak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
6. Stop Berbohong
"Sesungguhnya kejujuran itu mendatangkan kebaikan, dan kebaikan itu akan berujung kepada surga. Dan orang yang senantiasa berbuat jujur niscaya tercatat sebagai orang jujur. Dan sesungguhnya kebohongan itu mendatangkan kejelekan, dan kejelekan itu hanya berujung pada neraka. Dan orang yang suka berbohong, niscaya tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta." (Riwayat al-Bukhari).
7. Menghindari Perdebatan
Sedapat mungkin menghindari perdebatan dengan lawan berbicara. Meskipun boleh jadi kita berada di pihak yang benar. Sebab Rasulullah Shallallahu ailihi wassalam (SAW) telah menjamin istana di surga bagi mereka yang mampu menahan diri. "Aku menjamin sebuah istana di halaman surga bagi mereka yang meninggalkan perdebatan meskipun ia berhak untuk itu." (Riwayat Abu Daud, dishahihkan oleh al-Albani).
8. Tak Memotong Pembicaraan
Suatu hari seorang Arab Badui datang menemui Rasulullah Shallallahu ailihi wassalam (SAW), ia langsung memotong pembicaraan beliau dan bertanya tentang hari Kiamat. Namun Rasulullah tetap melanjutkan hingga selesai pembicaraannya. Setelah itu baru beliau mencari si penanya tadi. (Riwayat al-Bukhari).
9. Stop Saling Mengolok dan Memanggil dengan Gelar yang Buruk
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, karena boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (al-Hujurat[49]:11).
10. Pandai Menjaga Rahasia
Tiadalah seorang Muslim menutupi rahasia saudaranya di dunia kecuali Allah menutupi (pula) rahasianya pada hari kiamat. (Riwayat Muslim).

Sumber: disalin dari spanduk di masjid Al-Ikhlas Borobudur.

Read More
      edit

Minggu, 02 Agustus 2020

Published 20.00.00 by with 0 comment

Perjalanan Kuliah 7,5 Tahun dan Akhirnya Lulus Juga

unsplash.com/Cole Keister
Setelah lulus SMA saya termasuk manusia ber-privilege yang bisa langsung melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Sebuah hal yang tidak dimiliki oleh banyak orang termasuk kakak saya sendiri pada waktu itu. Alhamdulillah, ketika saya SMA kondisi ekonomi mulai membaik, saya pun bisa melanjutkan sekolah. Awalnya ingin sekali saya mendaftar ke prodi arsitektur atau teknik sipil karena kecintaan saya dengan desain dan bangunan, akan tetapi setelah melihat kemampuan dan penilaian secara psikologi dengan tutor di tempat les, saya memutuskan untuk mendaftar di Teknik Pertanian UGM untuk pilihan pertama dan Agronomi dan Hortikultura IPB pada pilihan kedua.

Sebenarnya dua pilihan tadi bukan pilihan yang benar-benar disarankan oleh tutor saya pada waktu itu, karena sesungguhnya yang disarankan adalah prodi peternakan. Pertanian dan peternakan merupakan dua hal yang tidak asing bagi saya, dari kecil saya sudah mengenal dunia itu. Karena pertanian lebih saya sukai daripada peternakansetelah desain dan bangunan tentunya, maka saya lebih memilih untuk mengambil prodi yang berkaitan dengan pertanian. Mungkin ini jalan yang tepat bagi saya untuk bisa ikut berkontribusi lebih memajukan pertanian dan ketahanan pangan di Indonesia.

Kenyataannya, setelah tidak memiliki kesempatan sama sekali masuk lewat jalur SNMPTN yang dinilai dari nilai rapor, parahnya lewat jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pun saya gagal. Saya sendiri tidak memiliki keinginan untuk kuliah di Perguruan Tinggi Swasta (PTS) karena biaya kuliah yang sangat mahal. Satunya-satunya kesempatan adalah masuk lewat jalur Seleksi Mandiri (SM), dan yang bisa saya jangkau adalah SM Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan SM Universitas Diponegoro (UNDIP). Pilihan prodi pun berubah drastis, bukan tentang desain dan bangunan, bukan juga tentang pertanian atau peternakan, namun prodi matematika dan kimia untuk pilihan pertama dan kedua. Dua hal itu saya pikir lebih fleksibel masuk ke bidang-bidang lain dan ketika sekolah merasa enjoy dengan dua mata pelajaran itu. Tentu saja selain karena tidak ada prodi peternakan atau pertanian di UNY. Pada akhirnya saya pun diterima pada pilihan pertama SM UNY dan SM UNDIP pun urung saya ikuti karena suatu alasan tertentu.

Saat awal perkuliahan saya sangat tidak menikmati suasana di UNY. Tubuh saya disitu tapi hati saya di tempat lain. Saya berusaha untuk ikhlas tapi jujur saja tidak mudah. Hati saya masih menginginkan untuk kuliah di Arsitektur atau teknik sipil UGM. Tahun depan saya akan mengikuti SBMPTN lagi pikirku waktu itu. Kuliah tetap hadir dengan disiplin tapi keinginan kuat untuk masuk organisasi tidak ada. Saya malas terikat dan pengalaman organisasi pun sudah ada.

Tahun keduatahun ajaran 2013/2014 saya pun mengikuti SBMPTN untuk kedua kalinya. Saya tidak bercerita kepada orang tua tentang hal ini dan mendaftar dengan uang tabungan. Tujuannya jelas ingin mendaftar di prodi arsitektur dan teknil sipil UGM. Waktu itu saya bahagia sekali, walaupun pada akhirnya gagal. Menyenangkan sekali ketika diterima ataupun ditolak pada pilihan yang benar-benar saya inginkan. Layaknya mengungkapkan perasaan cinta kepada seseorang yang begitu kita cintai, lebih membahagiakan ketika mendapat jawabanbaik itu diterima atau ditolak, daripada tidak pernah mengungkapkan sama sekali. Secara realita, modal saya pun sangat kurang. Kenapa? Karena saya sendiri tidak belajar dengan giat. Awal mula saya belajar lewat materi-materi yang pernah saya dapatkan lewat bimbel. Namun, dipertengahan saya mengentikan kegiatan itu. Saya berpikir bahwa pada kenyataanya lingkungan UNY begitu positifterutama FMIPA, walaupun masih mencoba membiasakan. Faktor utamanya tentu saja orang tua dan biaya. Saya masih dibiayai oleh orang tua dan banyak sekali uang yang sudah dikeluarkan. Belum lagi kalau nanti masuk ke kampus baru (kalau diterima) pasti banyak uang yang akan dikeluarkan. Tak luput akan menunda satu tahun kelulusan. Boros uang, boros waktupikir saya waktu itu. Saya ber-privilege tapi tak seistimewa itu. Akhirnya saya bertekad untuk lulus dari UNY dengan segala kondisi yang ada. 

Selama kuliah saya sering mengikuti kepanitiaan, juga lomba walaupun belum berprestasi, dan tahun ketiga baru ikut organisasiRekayasa Teknologi (RESTEK). Nilai yang saya dapat dari berbagai mata kuliah pun beragamA, B, C, sampai D pun ada. Mengulang mata kuliah, ikut Semester Pendek (SP) pun pernah. Kerja atau berpenghasilan waktu menjadi mahasiswa pun pernah. Walaupun pengalaman saya sangat minim. Ketika menjadi mahasiswa saya ingin sekali bekerja tapi ijin dari orang tua sulit didapat. Alasannya karena nanti kalau saya dapat uang, maka kuliah saya akan terabaikan. Padahal secara pribadi saya tidak tertarik dengan uangentah kenapa. Saya lebih tertarik dengan pengalaman. Jujur saja pada waktu itu saya sering iri dengan orang-orangentah itu yang lebih tua, muda atau teman seangkatan yang banyak memiliki pengalaman. Sangat membahagiakan dan membanggakan sekali punya banyak pengalamanapapun pengalaman itu.

Ketika semester 7 kami para mahasiswa sudah banyak mempersiapkan tentang Tugas Akhir Skripsi (TAS), termasuk sayabahkan jauh sebelum itu. Ketika dosen menyinggung judul atau bahasan skripsi saya selalu mencatatnya di buku catatan. Namun, ketika diakhir ingin saya gunakan, materinya terlalu sulit untuk saya pecahkan pada waktu itu. Pada tahun-tahun akhir waktu kuliah, masalah pun banyak berdatangan. Baik datang dari perkuliahan maupun di luar perkuliahan. Baik yang nampak maupun tidak. Juga banyak kejadian yang terjadi di luar kehidupan saya yang ikut dipikirkan. Padahal itu tidak perlu, namun saya merasa bertanggung jawab disitu. Kehilangan arah dan tujuan pun begitu saya rasakan. Saya malas untuk hidup walaupun tidak ingin segera mati. Modal akhirat saya sangat kurang. Tidak keren sekali rasanya ingin segera mati karena bosan atau menyerah dengan kehidupan. Dunia ambyar masak akhirat juga ikut ambyar. Segala masalah hanya saya pendam dan lama kelamaan saya menjauh dari kehidan sosial. Kalau anda bertemu orang-orang seperti saya pada waktu itu, tolong rangkul mereka. Karena pada waktu itu saya tidak tahu mau ngapain dan tidak nyaman untuk bercerita. Bahkan kadang tidak sadar kalau saya sedang bermasalah.

Selama bertahun-tahun saya mencoba untuk bangkit, memperbaiki diri di sana sini, tidak mudah, tapi saya ingin berubah. Atau mungkin palah bukan berubah, tapi kembali. Kembali kepada diri saya yang semangat untuk hidup, positif, dan bermanfaatwalaupun belum bermanfaat amat. Kenapa kembali? Karena salah satu cara saya menjadi lebih baik adalah membuka dokumen-dokumen lama. Baik itu tulisan-tulisan sayakarena saya sering menulis, foto dan video lama, status-status di media sosial, dan lain sebagainya. Oh ternyata saya beginisaya begitu, terjawab sudah. Hal itu yang membuat saya tahu tentang diri saya sendiri, baik itu kelebihan atau kekurangan saya.

Tahun ke-7 kuliahsemester 14, saya memutuskan untuk cuti kuliah bersama dengan salah satu teman saya yang sama-sama belum selesai. Tujuannya untuk menambah masa study dan bisa bimbingan tanpa membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan tidak terhitung aktif kuliah secara sistem namun bisa bimbingan. Pada kenyataannya saya tidak bimbingan dan tidak mengerjakan skripsi. Namun, konsistensi saya di luar skripsi mulai membaik. Proyek terakhir skripsi pada waktu itu sudah sampai bab 3 yang mana sebelumnya di pertengahan tahun 2018 baru di-ACC oleh dosen pembimbing dan tempat penelitian.

September 2019, usia saya menginjak 26 tahun dan entah kenapa segala masalah selesai dan saya tidak terbebani dengan masa sekarang, masa lalu, maupun masa yang akan datang. Selama kurang lebih 2 bulan dengan modal skripsi sudah sampai bab 3, skripsi saya selesai. Padahal sebelumnya saya tidak bisa coding dan selama 2 bulan itu baik penulisan, pembuatan program, kuesioner bisa saya kerjakan sendiri. Saya tidak mau menggunakan jasa pembuatan skripsi. Kalau saya belajar kepada orang yang lebih paham maka saya akan menjawab iya.

Dengan tenggang waktu sangat mepet akhirnya saya pun lulus juga. Akhir Desember 2019 skripsi saya sudah di-ACC untuk sidang, Januari sidang, Februari Yudisium, dan 31 Maret 2020 saya diwisuda. Dalam tahun-tahun itu banyak cerita dan drama, namun singkatnya seperti yang telah kamu baca. Tentu saja setelah satu masalah/ujian/cobaan selesai pasti ada masalah lain yang akan datang. Setelah wisuda, corona (covid-19) pun datang. Banyak PHK dan lowongan kerja pun berkurang. Namanya juga hidup, tinggal berdoa dan berusaha saja.
Read More
      edit

Senin, 16 Maret 2020

Published 18.43.00 by with 0 comment

Cara Menghapus Akun Instagram Secara Permanen

Instagram merupakan media sosial berbagi foto dan video yang tengah digandrungi oleh banyak orang. Selain digunakan untuk personal individu, juga digunakan oleh perusahaan  sebagai media promosi produknya. Namun karena alasan tertentu, seperti privasi dan lain sebagainya, seseorang kemudian ingin menghapus akun instagramnya. Berikut langkah-langkah untuk menghapus akun instagram secara permanen.
1. Buka Akun Instagram Menggunakan Aplikasi Perambah (browser)
Pastikan bahwa kamu membuka akun instagram yang ingin dihapus menggunakan aplikasi perambah (browser), seperti google chrome, modzilla firefox, opera, atau apapun aplikasi perambah yang kamu miliki.
2. Edit Profil
Setelah kamu masuk dengan akun yang ingin kamu hapus, maka selanjutnya adalah masuk ke halaman profil dan klik/tekan "edit profil".
3. Nonaktifkan Sementara Akun Saya
Pada halaman "Edit Profil" cari dan klik/tekan tulisan "Nonaktifkan Sementara Akun Saya".

4. Ubah URL
Setelah menekan tulisan "nonaktifkan sementara akun saya", maka kamu akan diarahkan ke halaman baru. Pada halaman baru ubah tulisan temporary menjadi permanent. Maka halaman URL-nya akan menjadi https://instagram.com/accounts/remove/request/permanent. Setelah itu tekan enter.
5. Konfirmasi
Ketika tulisan temporary diubah menjadi permanent maka akan muncul halaman baru dan kamu tinggal mengisi alasan apa yang membuatmu menghapus akun. Setelah itu klik tulisan "Hapus Akun Saya Secara Permanen". Kalau sudah maka akan muncul pop-up bertuliskan Apakah yakin ingin menghapus akun anda? Kalau memang benar kamu ingin menghapusnya maka tinggal klik Oke.
6. Selesai
Kalau kamu sudah melakukan semua tahap maka akan muncul halaman pemberitahuan bahwa akun kamu sudah dihapus secara permanen. Setelah itu kamu tinggal klik/tekan tulisan Keluar. Semoga bermanfaat. :)

Read More
      edit