• Home
  • Tentang
  • Cerita
  • Kepenulisan
Sukma Kurniawan. Diberdayakan oleh Blogger.
facebook twitter instagram

Jou sukma

Mei 2016 - Ini hanya sebuah cerita lanjutan dari sebuah ajakan dadakan teman. Dimana beberapa hari sebelumnya nge-chat mau pinjam beberapa peralatan mendaki. Tapi waktu mengambil barang pada malam hari sebelum hari keberangkatan malah mengajak saya yang masih santai membaca beberapa buku. Dengan seditkit aah.. ihh.. uuh.. eh.. ooh.. akhirnya saya iyakan untuk ikut bergabung. Beruntung saya masih memiliki beberapa peralatan cadangan dan sisanya mereka (temen-temen lainnya) bersedia mengurusnya. 

Pendakian ini tidak jauh dari pendakian sebelumnya yaitu pendakian di gunung Prau. Karena mungkin temen saya sedikit kecewa karena ditinggal ke gunung Prau oleh temen-temen lainnya padahal dia sendiri yang mengajak. Karena alasan terntentu temen saya tidak bisa ikut dan membuat rencana pendakian selanjutnya yaitu ke Merbabu.

Beda Jalur Beda Rasa; pendakian kali ini kami memutuskan memilih jalur pendakian via Selo. Karena sebelumnya saya pernah mendaki gunung Merbabu menggunakan jalur lain, yaitu via Wekas. Maka saya bisa sedikit membandingkan ke dua jalur pendakian tersebut.
  • Via Wekas : Awal pendakian anda akan disuguhkan jalur langsung tanjakan, minim "bonus", melewati beberapa rumah penduduk terlebih dahulu, tidak menemui sabana luas, terdapat sumber air di POS 2
  • Via Selo :  Awal pendakian jalur masih landai, banyak "bonus" track, anda akan disuguhi sabana yang sangat luas, tidak terdapat sumber air, sepertiga jalur pendakian anda akan disuguhi tanjakan curam
Menurut saya pribadi bagi anda yang ingin melihat pemandangan yang indah, sabana yang luas maka jalur pendakian via Selo bisa menjadi solusi. Ditambah lagi dari beberapa perbincangan dengan orang-orang bahwa jalur pendakian via Selo lebih bersahabat bagi mereka yang masih pemula.

Waktu itu kami mendirikan tenda di Sabana satu Merbabu dan tidak mengejar Sunrise di puncak. Sekitar pukul delapan kami baru memutuskan untuk naik ke puncak setelah mengisi tenaga. Hanya beberapa barang saja yang kami bawa sampai puncak. Selebihnya kami tinggal di tenda.

Hamparan Rumput Hijau
Taken by : Amin
Sunrise di Sabana Satu Merbabu
taken by : Amin
Taken by : Amin
Taken by : Amin
Jump Around
Taken by : Amin
Trio Pendaki Cantik
Jalur Menuju Puncak
Setapak
Jump and Fly !
Taken by : Amin
Sabana 2 Merbabu
Puncak !

Jangan Ditiru

Taken by : Amin
Di Gunung Pemandangannya Indah yaa....
PS: Jangan Lupa bawa sampahnya turun dan jaga lingkungan. Salam....
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
April 2016 - Gunung Prau terletak di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, Indonesia, dengan ketinggian 2.565 mdpl. Akhirnya saya berkesempatan untuk mendaki gunung yang pemandangannya keren ini. Lewat gunung prau kalian bisa melihat beberapa gunung yang berderetan dari puncaknya. 

Gunung Prau juga dikenal dengan track-nya yang cukup mudah dengan panjang lintasan dari basecamp sampai puncak yang tidak terlalu panjang. Sehingga dapat ditempuh dengan waktu yang cukup singkat, sekitar 2-3 jam anda sudah bisa melihat indahnya puncak Prau. Ini menguntungkan bagi anda yang baru pertama kali mendaki.

Setelah mendapat ajakan dari teman akhirnya saya putuskan untuk ikut. Jadwal keberangkatan sudah diputuskan jauh-jauh hari. Seiring dekatnya dengan hari H banyak teman yang pada tumbang karena sakit ataupun jatuh dari motor. Terlebih lagi yang mengajak palah tumbang (Bad luck Amin). Dengan sisa orang yang ada, perjalanan tetap kami lanjutkan. Sehubungan sudah matangnya persiapan dan susahnya mencari jadwal yang pas. Karena bentroknya dengan jadwal kuliah dan konsultasi buat skripsi, hem.... 

Perjalanan kami mulai dari Yogyakarta dan tiba di basecamp Patak Banteng sore hari menjelang malam. Dengan kondisi tubuh kedinginan karena hujan. Sesudah beristirahat sebentar dan mengurus ijin ke petugas akhirnya kami putuskan untuk mulai mendaki, sekitar setengah delapan waktu itu. Dengan anggota yang kebanyakan pemula kami putuskan untuk mendaki dengan slow saja. Sekitar pukul setengah sebelas akhirnya kami sampai puncak. 

Memilih Lokasi Pendirian Tenda; Setelah sampai di area puncak kami memilih pendirian tenda yang tidak terlalu dekat dengan puncak agar terhindar dari hembusan angin. Walaupun 2.565 mdpl tapi sangat dingin pada waktu itu. Dengan bermodalkan dua tenda akhirnya kami bermalam dengan membuat hidangan malam sebelum menuju ke alam mimpi.

Kabut Dimana-mana;  Pagi tiba waktunya menikmati mentari pun datang. Akan tetapi momen itu tidak bisa kami rasakan karena kabut putih tebal menyelimuti gunung Prau kala itu. Niat hati untuk mengabadikan momen sunrise dari puncak Gunung Prau dengan pemandangan gunung-gunung yang berjejeran tidak terlaksana. Tapi tak apa kami masih bisa merasakan kebersamaan yang ada.

Setelah dirasa cukup, kami putuskan untuk turun kembali ke basecamp.

Momen Tak Terlupakan; Hujan ringan menjadi teman perjalanan turun ke basecamp. Tentu saja jika hujan datang pasti membuat track menjadi basah dan licin. Menuju pos satu kala itu dengan pijakan yang kurang pas dan sepatu yang gak "ngegigit" badan ini pun terbanting dan terguling. Tapi syukur tidak sampai parah. Hanya kotor saja.
(Buat kalian hati-hati ya.. awas ujan licin! hehe..)

Akhirnya sampai juga di basecamp. Perjalanan pun kami teruskan kembali menuju Yogyakarta. Kota kami berpulang. Ternyata perjalanan kembali ke Yogyakarta bukanlah hal yang mudah. Ditemani hujan dan kondisi yang tidak fit membuat perjalanan terasa lama dan melelahkan.

Mungkin ini beberapa kenangan yang bisa kami abadikan kala itu. Semoga pada kesempatan lainnya bisa terhindar dari kabut dan mengambil gambar pemandangan dengan deretan gunung-gunung yang berjejeran. Terima kasih buat semuanya, terutama buat (saudara-saudaranya) Marwah yang telah bersedia menampung kami sebelum dan sesudah pendakian. Atas semua hidangan dan lain sebagainya. Hehe....

Salam Lestari.

Kebersamaan Kami
Canon 60D, lensa kit 18-55mm
ISO 500, 1/1000s, f/5.6
Pendaki Caem (Marwah)
Canon 60D, lensa kit 18-55mm
ISO 800, 1/2500s, f/5.6
Cuma Temen
Canon 60D, lensa kit 18-55mm
ISO 800, 1/2500, f/5.6
Turun-Turun ke Basecamp Gunung
Taken by : Imam
Taken by : Temen
Terima kasih kepada : Dinar - Imam - Marwah - Rahmat - Zuni - Satriyo - Neswin - Saya
PS : Jangan lupa bawa sampahnya turun dan jaga lingkungan. Salam..
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Mei 2016 - Waisak adalah hari suci yang selalu diperingti oleh seluruh umat Budha diseluruh dunia. Tanpa terkecuali bagi umat Budha di Indonesia yang kegiatannya terpusat di Candi Borobudur, Magelang. Hari raya Waisak diperingati pada bulan Mei saat purnama Sidhi atau terang bulan untuk memperingati 3 peristiwa penting yaitu lahirnya pangeran Siddharta, penerangan agung pangeran Siddharta menjadi Buddha, dan wafatnya Buddha Gautama.

Salah satu bagian dalam prosesi Waisak adalah pelepasan lampion. Ada yang mengatakan bahwa pelepasan lampion adalah puncak perayaan Waisak. Puncak acara yaitu pelepasan lampion bisa disebut juga dengan festival lampion. Namun sesungguhnya pelepasan lampion ini masuk dalam serangkaian prosesi acara keagamaan dan ritual yang biasa ada saat perayaan Waisak. Makna dari pelepasan lampion pada acara Waisak adalah pengharapan para umat Budha untuk keadaan yang lebih tinggi. Melepasan lampion pada acara festival lampion selain diikuti oleh umat Budha juga bisa diikuti oleh khalayak umum. Namun bagi anda yang ingin melepasan lampion pada acara festival lampion anda harus mengkonfirmasi ke panitia beberapa hari sebelum hari H dan membayar sejumlah biaya. Akan tetapi jika anda hanya ingin mengambil foto atau video, anda tidak akan dikenakan biaya sedikitpun. Termasuk terbebas dari biaya masuk candi Borobudur.

Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Perhatikan Cuaca
Tidak dapat dipungkiri bahwa cuaca merupakan faktor penting yang harus diperhatikan disaat kita pergi ke suatu tempat. Sejauh pengalaman saya tinggal di Borobudur pada hari Waisak sering terjadi hujan lebat. Akan tetapi datangnya hujan bukanlah hal yang datang sebagai pengganggu namun dianggap sebagai rejeki dari Tuhan. Hujan biasanya turun dari sekitar pukul tiga sore sampai malam menjelang. Akan tetapi beberapa jam sebelum acara pelepasan lampion kemungkinan sudah reda. Walaupun itu tidak dapat dipastikan. Biarkan Tuhan yang mengatur.
(Berdoa saja semoga cuaca mendukung...)

2.  Ketahui Waktu dan Tempat Pelepasan Lampion dari Sumber yang Terpercaya
Dari tahun ke tahun pelepasan lampion  tidak selalu dimulai pada jam yang sama dan tempat yang sama. Memang betul bahwa lokasi pelepasan lampion berada di kawasan candi Borobudur. Akan tetapi bisa berada di sisi yang berbeda dari tahun sebelumnya. Juga waktu pelepasan lampion tidak selalu sama dengan tahun sebelumnya.
(Jadi.. lihat jadwal baik-baik yaa..)

3. Perhatikan Langkah Anda
Seperti biasa pada acara yang langka seperti ini pasti banyak pengunjung yang datang untuk berburu momen. Terlebih lagi mereka akan berebutan memilih lokasi yang bagus untuk mengambil gambar. Akan tetapi kita juga harus memiliki tanggung jawab untuk menjaga lingkungan. Jangan sampai anda melewati taman-taman yang ada di sana dan akibatnya taman itu menjadi rusak. Selain itu buanglah sampah pada tempat yang sudah disediakan.
(Jaga baik-baik lingkungan ya..!)

4. Hindari Penggunaan Flash
Flash memang membantu anda dalam pengambilan foto di cahaya minim. Dimana dalam konteks ini anda akan memfoto di malam hari yang tentu saja kondisi cahaya sangat minim. Akan tetapi, lebih baik anda menghindari penggunaan flash agar tidak mengganggu konsentrasi umat Budha dalam beribadah.
(Gak pakai flash juga bagus kok!)

5. Minta Ijin Terlebih Dahulu Jika Ingin Berfoto
Hal ini terkait dengan banyaknya para pengunjung yang nyelonong berfoto bersama dengan para Biksu. Sebelum berfoto bersama dengan mereka, mintalah ijin terlebih dahulu. Apakah boleh saya mengambil gambar bersama dengan anda? Apakah saya tidak mengganggu anda? Mungkin itu beberapa pertanyaan yang bisa anda ajukan sebelum berfoto bersama mereka. Karena mereka adalah manusia bukan benda obyek foto terlebih lagi mereka sedang melakukan ibadah.
(Kan enak kalo gitu....)

6. Persiapkan Strategi dan Peralatan Anda dengan Baik
Alangkah baiknya sebelum kita berada di medan pertempuran kita persiapkan terlebih dahulu strategi dan peralatan bertempur. Sebelum anda berburu, membaca atau mendengar tips-tips para fotografer pro itu perlu. Lihat juga hasil-hasil jepretan mereka dengan objek yang sama.
(Terutama bagi saya yang masih amatiran ini. Hehe...)

7.  Putuk Situmbu, dengan Hasil Foto yang Berbeda !
Putuk Situmbu adalah salah satu lokasi spot terbaik untuk melihat Sunrise dengan latar Gunung Merapi, Gunung Merbabu dan tentu saja candi Borobudur. Dengan pengambilan foto pelepasan lampion dari sana anda akan mendapatkan foto yang berbeda dari fotografer lainnya. Atau anda juga bisa mencari lokasi lain yang berbeda.
(Hati-hati mendung! hehe...)

Mungkin itu adalah beberapa hal bisa anda perhatikan sebelum memulai berburu foto di malam Waisak. Berikut adalah beberapa hasil foto yang saya abadikan.

Menuju Nirwana
Canon 60D, lensa kit 18-55mm
Mode Av, ISO 2000, f/4.5
Menerbangkan Harapan
Canon 60D, lensa kit 18-55mm
Mode Av, ISO 2000, f/3.5
Bersama Orang-Orang Tercinta
Canon 60D, lensa kit 18-55mm
Mode Av, ISO 2000, f/3.5
Selamat mengabadikan momen di tahun-tahun yang akan datang. Jangan lupa bawa orang tersayang untuk merasakan keromantisan ini bersama. Terlebih lagi hormati mereka yang sedang beribadah dan juga mari menjaga lingkungan. Salamm....
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Kontak

  • facebook
  • twitter
  • instagram

Pengikut Via E-mail

Sekilas Informasi

 


Categories

board game catatan cerita cerpen doa DYM fotografi gunung instagram islam karya sastra keluarga kepenulisan kerja kuliah makanan pantai pernikahan prosa puisi quotes rafting sastra sejarah sungai sunrise tempat bersejarah traveling tutorial video wallpaper

recent posts

Blog Archive

  • ►  2022 (1)
    • ►  Desember 2022 (1)
  • ►  2021 (1)
    • ►  April 2021 (1)
  • ►  2020 (2)
    • ►  Agustus 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
  • ►  2019 (2)
    • ►  Februari 2019 (1)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ►  2018 (5)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (1)
    • ►  Februari 2018 (2)
    • ►  Januari 2018 (1)
  • ►  2017 (4)
    • ►  Desember 2017 (2)
    • ►  Juli 2017 (1)
    • ►  Januari 2017 (1)
  • ▼  2016 (50)
    • ►  Desember 2016 (3)
    • ►  November 2016 (12)
    • ►  Oktober 2016 (14)
    • ►  September 2016 (5)
    • ▼  Agustus 2016 (3)
      • Merbabu via Selo yang Bersahabat
      • Gunung Prau via Patak Banteng Dieng
      • Tips Memotret Ketika Festival Lampion Waisak di Ca...
    • ►  Juli 2016 (3)
    • ►  Mei 2016 (1)
    • ►  April 2016 (9)

Created with by ThemeXpose