[Prosa] Kembali
Kembali |
Kau banyak sekali berkata. Namun
inilah yang ingin kurasa. Senyum di bibir ini kembali. Bahkan tawa karenamu sering
menghiasi. Kini aku di dekatmu lagi.
Tidak!
Kini aku bersamu. Lagi.
Alam penuh ilalang tinggi sudah
tak lagi kutemui. Genangan rawa yang kita lompati tadi sudah berlalu pergi. Kau
membawa ku ke sebuah taman bermain namun tak berwahana. Sepi. Itu kesan pertama
yang aku rasakan dari tempat baru ini. Seperti sebuah lahan luas yang tak
pernah dikunjungi lagi.
Aku kini sadar, sekumpulan
manusia yang aku lihat pertama kali bersamamu tadi hilang seperti di telan
bumi. Namun kita bukanlah manusia yang tersisa di tempat ini. Aku masih melihat
beberapa manusia sebaya yang saling berbicara dan terkadang menyapa. Walaupun
aku tak merasa ada hawa keberadaan manusia di dalam diri mereka.
Jalan setapak dengan sungai kecil
keruh di sampingnya dan beberapa
bangunan seperti ruangan kelas itu kita lalui. Kau memegang erat tanganku. Kau
masih bersamaku.
Kini kau mengajakku untuk
menjemput orang tuamu yang telah pulang dari tanah suci. Begitu kagetnya aku
melihat waktu. Pukul dua. Aku ingin bersujud kepada-Nya dan mengajakmu. Namun kau
terus memaksa. Perdebatan tak bisa kita hindari. Aku berpikir tak akan ada
waktu bagiku kalau aku ikut bersamamu. Bayangan masalah dari masa lalu pun kembali.
Sampai akhirnya kau berlalu
pergi. Lagi. Aku tak bermasalah dengan perpisahan. Tapi aku tak menyangka kita
akan berpisah untuk kedua kali dengan cara seperti ini.
Aku marah kau lebih memilih menjemput
orang tuamu daripada aku yang akan bersujud kepada-Nya. Tak bisakah kau menungguku sebentar? Hanya sedikit saja? Akupun meninggalkan
tempat dimana kau meninggalkanku. Masih menyusuri jalan setapak dengan sungai
keruh disampingnya. Masih menyusuri tempat yang tak terkena cahaya matahari
karena pohon bambu yang begitu tinggi. Ngeri. Seperti ada yang membuntuti.
Kulangkahkan kaki ke tempat air
suci. Aku lihat beberapa wanita berkerudung berpapasan dan berlalu pergi. Dua atau tiga aku rasa.
Kosong. Aku tak merasakan hawa manusia dalam tubuh itu. Kenapa setiap manusia
yang aku temui disini seperti boneka bertali. Entah siapa yang menggerakan di balik semua ini.
Ketika aku ingin menunduk dan
menuangkan air suci, aku melihat semua yang ada di sekelilingku. Sepi. Aku sendiri.
Namun seperti ada hawa yang ingin mendekati.
Semua yang aku lihat kini berubah
menjadi putih.
Sunyi.
Sepi.
Putih.
Kosong.
Hitam.
Cahaya kini perlahan aku temui.
Sedikit namun pasti. Cahaya ini sepertinya aku kenali. Warna putih ini juga
sepertinya aku ketahui. Ku lihat semua bagian tubuh ini. Mereka semua masih
dalam posisi. Perlahan tubuh ini aku gerakan. Melihat kedua telapat tangan.
Masih sama, seperti yang sebelumnya aku punya.
Sepertinya aku baru saja kembali dari alam mimpi.
0 komentar