[Cerpen] Dia yang Memperhatikanmu (part 1)
1 |
Malam ini aku sibuk dengan
lembaran-lembaran kertas dan buku-buku untuk aku pelajari sebagai
persiapan menghadapi ujian besok. Terdengar suara handphone
berdering tanda ada pesan singkat yang masuk. Kamar yang berantakan
penuh dengan barang bertumpukan itu membuatku bingung menemukan
keberadaan handphone. Akhirnya aku temukan. Ada nama dia yang
nampak di layar depan. Ternyata “dia” teman SMA ku dulu yang mengirimi
pesan singkat. Aku baru sadar kalau sudah satu tahun aku tidak bertemu
dengan dia. Sudah dua semester ini juga aku tidak pernah berkontak
dengan dia secara langsung. Maklum aku dan dia menempuh sekolah di
perguruan tinggi yang berbeda. Tidak hanya perguruan tinggi yang berbeda
tapi provinsinya pun berbeda. Dengan jarak yang jauh ini sulit bagi
kami saling bertegur sapa secara langsung. Aku pun mulai membaca pesan
singkat itu dan mulai melompat kegirangan. Bagaimana tidak, dia
mengajakku dan beberapa teman SMA kita dulu untuk melakukan sebuah
pendakian di Merbabu saat liburan semester dua. Kebetulan kita memiliki
hobi yang sama. Sudah sejak SMA aku dan dia bergabung dalam organisasi
pecinta alam. Aku pun langsung meng-iyakannya.
Hari yang
dinanti pun datang juga. Dengan wajah sumringah kami saling bertegur
sapa menanyakan keadaann dan kabar. Ada satu teman wanita ternyata yang
ikut dalam pendakian ini. Namanya Tika. Kami bertiga adalah teman dekat
waktu SMA dulu.
Malam dimana kebenaran pun terungkap.
Hawa
dingin menyelimuti malam saat kami beristirahat di pos 2 Merbabu. Kami
memutuskan untuk membuat tenda disini. Malam-malam kami habiskan dengan
mengobrol sambil minum kopi dan susu hangat. Setelah sebelumnya membuat
makanan dari perbekalan yang kami bawa dari bawah dan sayuran yang kami
dapat dari petani di bawah. Awalnya kami ingin membelinya tapi petani
itu memberikannya cuma-cuma. Malam semakin larut tinggal kami bertiga
yang mengobrol di tempat yang sama. Di bawah pohon yang tak begitu besar
tapi begitu rindang. Aku, Dia dan Tika duduk bersebelahan menggunakan
satu matras dikelilingi oleh tenda-tenda di sekitar. Kami mengobrolkan
kenangan-kenangan yang telah kami lalui di masa SMA dulu dan kesibukan
masing-masing di perguruan tinggi yang berbeda. Ngobrolin tentang
kenakalan-kenakalan waktu SMA dan lambat laut mengarah ke arah
percintaan. Membahas soal mantan, gebetan, kasih yang tak sampai dan
persoalan cinta lainnya. Kami pun menertawakannya. Aku pun bertanya
dengan dia, teman baikku itu. “Lagi deket atau suka sama siapa?” Kataku.
Dia hanya tersenyum dan mengelak merasa tak nyaman ditanyai seperti
itu. Karena tidak mau menjawab kemudian si Tika pun bercerita tentang
masa lalunya yang kami berdua tidak tahu.
Tika menceritakan bahwa
dulu waktu SMA pernah ada wanita yang menyuruhnya menjauhi seorang
laki-laki. Wanita itu berkata kepada Tika bahwa dia sudah terlanjur
sayang dengan laki-laki itu dan menyuruh Tika untuk menjauhinya. Karena
kebetulan saat itu Tika sedang dekat dengan laki-laki itu. Aku pun
sontak merespon ke Tika dengan nada bercanda :”Laah.. kok bisa. haha”.
Hanya aku yang merespon apa yang dikatakan oleh Tika. Entah kenapa
temanku yang satunya hanya berdiam dan cuma sedikit tersenyum. Aku dan
Tika pun saling menatap dengan raut wajah penuh dengan pertanyaan. Kami
berdua sepemikiran. Apa yang terjadi dengan teman kita yang satu itu
tuh.
Tidak selang lama Dia pun berkata : “Sebenarnya aku suka
dengan wanita itu”. Aku dan Tika pun sontak kaget. Aku bingung harus
bagaimana untuk menyambung percakapan ini. Karena begitu bingungnya
hanya kata “terus?” yang secara spontan aku katakan. Dia pun
menceritakan bahwa dia sudah suka dengan wanita itu sejak SMA kelas
satu. Kebetulan dia dan wanita itu satu kelas bersamaan. Bahkan tiga
tahun Dia dan Wanita itu duduk di dalam satu kelas yang sama. Aku yang
waktu kelas satu duduk disampingnya begitu kaget tidak menyadari kalau
laki-laki yang katanya “kasar” itu menyimpan perasaan begitu sangat
dalam dan merahasiakannya sampai sejauh ini. Selain itu, yang membuatku
begitu heran adalah kuatnya dia dalam menyimpan perasaan itu, bagaimana
tidak. Laki-laki yang disuruh untuk dijauhi oleh Tika itu ternyata
adalah teman dekatnya Dia. Dia, Laki-laki itu, dan Wanita itu adalah
teman satu kelas waktu kelas dua dan tiga. Aku dan Tika pun hanya
berucap agar dia kuat dan bersabar.
Malam semakin malam. Langit
yang begitu cerah memperlihatkan bintang-bintangnya. Indah sekali malam
itu. Hawa dingin yang menyelimuti terhalang oleh hangatnya percakapan
kami. Seakan-akan Tuhan menyuruh kami untuk berlama-lama disitu. Karena
besok pagi-pagi kita sudah diharuskan untuk bangun dan melakukan
perjalanan maka kami mengurungkan diri untuk berlama-lama. Aku pun masuk
tenda bersamaan dengan Dia. Tampak jelas raut bingung yang ada
diwajahnya. Sesekali dia menutupinya dengan canda dan senyum.
Masih
menjadi pertanyaan besar hawa dingin, suasana yang begitu tenang,
obrolan hangat di pegunungan bisa membuka misteri yang begitu dalam.
0 komentar