[Cerpen] Dia yang Memperhatikanmu (part 1)

by - 22.12.00

1
Aku kenal dengan seseorang laki-laki yang sering aku jumpai dalam keseharianku menuntut ilmu di bangku sekolah menengah atas. Dia yang dimasa mudanya penuh gejolak yang tidak pernah dia ungkapan di permukaan. Terkadang sering keras dengan wanita. Bukan karena dia kasar tetapi memang banyak alasan dia melakukan itu. Dia yang sering meladeni ucapan temannya. Karena dia memang orangnya tidak mau kalah dan mengalah. Aku tidak membenarkannya akupun juga tidak mau menyalahkannya. Aku mengenal dia sudah lama. Dia orangnya baik, begitu perhatian tapi dia membungkusnya dengan sangat tebal dan rapi. Sehingga tidak ada orang yang tahu bentuknya yang asli. Mungkin karena pengalamannya di masa lalu yang membuat seperti itu. Aku yang akhirnya dipertemukan dengan dia dalam satu kelas di bangku sekolah menengah atas setelah terpisah tiga tahun karena aku dan dia berbeda SMP. Andai dia tahu kalau wanita itu suka dengan kelembutan, tutur kata yang halus dan ramah. Entah itu wanita yang keras ataupun lembut, mereka sama saja. Yaitu menyukai tutur kata yang halus dan ramah. Mungkin suatu saat dia akan menemukan jawaban itu dalam perjalanan hidupnya.

Malam ini aku sibuk dengan lembaran-lembaran kertas dan buku-buku untuk aku pelajari sebagai persiapan menghadapi ujian besok. Terdengar suara handphone berdering tanda ada pesan singkat yang masuk. Kamar yang berantakan penuh dengan barang bertumpukan itu membuatku bingung menemukan keberadaan handphone. Akhirnya aku temukan. Ada nama dia yang nampak di layar depan. Ternyata “dia” teman SMA ku dulu yang mengirimi pesan singkat. Aku baru sadar kalau sudah satu tahun aku tidak bertemu dengan dia. Sudah dua semester ini juga aku tidak pernah berkontak dengan dia secara langsung. Maklum aku dan dia menempuh sekolah di perguruan tinggi yang berbeda. Tidak hanya perguruan tinggi yang berbeda tapi provinsinya pun berbeda. Dengan jarak yang jauh ini sulit bagi kami saling bertegur sapa secara langsung. Aku pun mulai membaca pesan singkat itu dan mulai melompat kegirangan. Bagaimana tidak, dia mengajakku dan beberapa teman SMA kita dulu untuk melakukan sebuah pendakian di Merbabu saat liburan semester dua. Kebetulan kita memiliki hobi yang sama. Sudah sejak SMA aku dan dia bergabung dalam organisasi pecinta alam. Aku pun langsung meng-iyakannya.

Hari yang dinanti pun datang juga. Dengan wajah sumringah kami saling bertegur sapa menanyakan keadaann dan kabar. Ada satu teman wanita ternyata yang ikut dalam pendakian ini. Namanya Tika. Kami bertiga adalah teman dekat waktu SMA dulu.

Malam dimana kebenaran pun terungkap.

Hawa dingin menyelimuti malam saat kami beristirahat di pos 2 Merbabu. Kami memutuskan untuk membuat tenda disini. Malam-malam kami habiskan dengan mengobrol sambil minum kopi dan susu hangat. Setelah sebelumnya membuat makanan dari perbekalan yang kami bawa dari bawah dan sayuran yang kami dapat dari petani di bawah. Awalnya kami ingin membelinya tapi petani itu memberikannya cuma-cuma. Malam semakin larut tinggal kami bertiga yang mengobrol di tempat yang sama. Di bawah pohon yang tak begitu besar tapi begitu rindang. Aku, Dia dan Tika duduk bersebelahan menggunakan satu matras dikelilingi oleh tenda-tenda di sekitar. Kami mengobrolkan kenangan-kenangan yang telah kami lalui di masa SMA dulu dan kesibukan masing-masing di perguruan tinggi yang berbeda. Ngobrolin tentang kenakalan-kenakalan waktu SMA dan lambat laut mengarah ke arah percintaan. Membahas soal mantan, gebetan, kasih yang tak sampai dan persoalan cinta lainnya. Kami pun menertawakannya. Aku pun bertanya dengan dia, teman baikku itu. “Lagi deket atau suka sama siapa?” Kataku. Dia hanya tersenyum dan mengelak merasa tak nyaman ditanyai seperti itu. Karena tidak mau menjawab kemudian si Tika pun bercerita tentang masa lalunya yang kami berdua tidak tahu.

Tika menceritakan bahwa dulu waktu SMA pernah ada wanita yang menyuruhnya menjauhi seorang laki-laki. Wanita itu berkata kepada Tika bahwa dia sudah terlanjur sayang dengan laki-laki itu dan menyuruh Tika untuk menjauhinya. Karena kebetulan saat itu Tika sedang dekat dengan laki-laki itu. Aku pun sontak merespon ke Tika dengan nada bercanda :”Laah.. kok bisa. haha”. Hanya aku yang merespon apa yang dikatakan oleh Tika. Entah kenapa temanku yang satunya hanya berdiam dan cuma sedikit tersenyum. Aku dan Tika pun saling menatap dengan raut wajah penuh dengan pertanyaan. Kami berdua sepemikiran. Apa yang terjadi dengan teman kita yang satu itu tuh.

Tidak selang lama Dia pun berkata : “Sebenarnya aku suka dengan wanita itu”. Aku dan Tika pun sontak kaget. Aku bingung harus bagaimana untuk menyambung percakapan ini. Karena begitu bingungnya hanya kata “terus?” yang secara spontan aku katakan. Dia pun menceritakan bahwa dia sudah suka dengan wanita itu sejak SMA kelas satu. Kebetulan dia dan wanita itu satu kelas bersamaan. Bahkan tiga tahun Dia dan Wanita itu duduk di dalam satu kelas yang sama. Aku yang waktu kelas satu duduk disampingnya begitu kaget tidak menyadari kalau laki-laki yang katanya “kasar” itu menyimpan perasaan begitu sangat dalam dan merahasiakannya sampai sejauh ini. Selain itu, yang membuatku begitu heran adalah kuatnya dia dalam menyimpan perasaan itu, bagaimana tidak. Laki-laki yang disuruh untuk dijauhi oleh Tika itu ternyata adalah teman dekatnya Dia. Dia, Laki-laki itu, dan Wanita itu adalah teman satu kelas waktu kelas dua dan tiga. Aku dan Tika pun hanya berucap agar dia kuat dan bersabar.

Malam semakin malam. Langit yang begitu cerah memperlihatkan bintang-bintangnya. Indah sekali malam itu. Hawa dingin yang menyelimuti terhalang oleh hangatnya percakapan kami. Seakan-akan Tuhan menyuruh kami untuk berlama-lama disitu. Karena besok pagi-pagi kita sudah diharuskan untuk bangun dan melakukan perjalanan maka kami mengurungkan diri untuk berlama-lama. Aku pun masuk tenda bersamaan dengan Dia. Tampak jelas raut bingung yang ada diwajahnya. Sesekali dia menutupinya dengan canda dan senyum.

Masih menjadi pertanyaan besar hawa dingin, suasana yang begitu tenang, obrolan hangat di pegunungan bisa membuka misteri yang begitu dalam.

You May Also Like

0 komentar