Memoar KKN, Awal Cerita

by - 00.14.00

Sebuah nada pemberitahuan sebuah grup terdengar dari benda kecil berwarna putih. Sebuah telepon genggam yang sudah lama menemani dalam keseharian di beberapa tahun kehidupanku belakangan ini. Setelah beberapa saat aku baru membukanya. Ada seorang teman yang mengirimkan pesan gambar yang penuh dengan kata-kata. Sebuah pesan yang menceritakan tentang keluh kesah dari seorang pemuda di suatu desa yang menceritakan buruknya Kuliah Kerja Nyata dari kampus tempatku menuntut ilmu.




Ada rasa kesal setelah membacanya, mungkin karena rasa memiliki menjadi seorang mahasiswa di kampus itu. Akan tetapi aku tidak mau berkomentar lebih jauh dan mencoba membaca lagi. Setelah aku baca, aku tidak merasa kesal lagi karena aku kini memahami isi tulisan dari pemuda itu. Sebuah kritikan yang sangat bagus bagi instansi kampusku dan bisa menjadi bahan koreksi untuk tahun yang akan datang.

Kuliah Kerja Nyata, atau lebih singkatnya aku sebut KKN saja. Setelah membaca kiriman dari teman tadi, aku jadi teringat bagaimana aku melalui masa-masa itu. Sudah satu tahun lebih 2 bulan aku rasa, dimana masa-masa KKN yang penuh kenangan aku lalui.

KKN-ku dimulai disaat aku menolak ajakan beberapa teman yang mengajakku untuk melihat perayaan Waisak di kawasan candi Borobudur kala itu. Aku ingin ikut pergi sebenarnya, karena pada tahun sebelumnya aku tak sempat melihat penerbangan lampion yang indah secara dekat. Tapi semua itu urung aku lakukan. Aku lebih memilih beristirahat, tidur, dan menyiapkan tenaga untuk mengikuti pembekalan KKN di esok harinya. 

Aku tidak mendapatkan tempat yang sesuai dengan apa yang aku harapkan waktu itu. Walaupun aku juga tak bisa berharap lebih karena KKN di kampusku hanya di Kota Pelajar dan sekitarnya. Aku berharap bahwa aku bisa mendapatkan tempat KKN di sebuah desa dimana kehidupan gotong royong dan budaya daerah masih melekat.

Mungkin aku akan kesulitan mendapatkan air bersih hanya untuk sekadar memenuhi dahaga. Mungkin aku akan jauh dari kehidupan hura-hura dan beralih ke kesunyian. Tapi semua itu memang aku inginkan dan tantangan merupakan suatu godaan serta candu yang nyata dalam hidupku. Harapan itu luntur sudah, setelah pada akhirnya aku ditempatkan di sebuah masyarakat  yang sangat maju. Bahkan berada di pusat Kota Pelajar, sebut saja "nol-kilometer".

Masyarakat nol-kilometer dipimpin oleh seorang laki-laki paruh baya berkumis, yang ternyata sangat memperhatikan mahasiswa/i yang akan ber-KKN ria disana. Aku katakan ber-KKN ria saja, karena itu akan membuat KKN ini menyenangkan dan pada akhirnya kata itu tidak hanya sebuah kata motivasi saja.

Aku berada di sebuah kelompok KKN yang anggotanya memiliki banyak latar belakang. Entah itu agama ataupun asal daerah tempat tinggal. Setelah ditelusuri, ternyata ada beberapa orang yang berada pada lingkungan pertemanan yang sama, yaitu teman kenalan yang sama. Bahkan ada satu orang yang telah lama aku kenal, yaitu teman masa SMP. Kami merupakan sekumpulan anak non pendidikan atau beberapa orang menyebutnya anak murni yang dipersatukan dari beberapa fakultas yang ada di kampusku. Memulai ber-KKN ria pada bulan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Setelah mengikuti pembekalan KKN dan perkenalan dengan anggota, akhirnya kita terjun ke masyarakat nol-kilometer dengan membawa segudang rencana dan target yang akan dicapai nanti. Walaupun tak begitu jauh dari tempatku tinggal di kota pelajar ini, tapi kami kelompok KKN gelombang kedua diwajibkan untuk tinggal di lingkungan masyarakat nol-kilometer. Dengan menyewa secara pribadi salah satu rumah warga nol-kilometer. Dimana rumah yang kita sewa juga digunakan oleh kelompok KKN gelombang sebelumnya.

KKN ria ini kami selesaikan selama satu bulan dan berakhir dengan menyenangkan dengan banyak target tercapai di dalamnya. Serta banyak pujian yang kami dapatkan. Kini tinggal laporan pertanggung jawaban yang menghantui kami. Ditambah lagi beredarnya rumor bahwa dosen yang membimbing kami sedikit merepotkan terkait penulisan laporan.

Akhirnya, laporan juga bisa kami selesaikan dengan berbagai tantangan di dalamnya. Selain penulisan pertanggung jawaban Kuliah Kerja Lapangan atau biasa disebut magang, laporan ini juga memotivasiku untuk menulis skripsi yang sedang aku jalani sekarang ini. Kita harus memiliki keyakinan bahwa semua itu akan berakhir dengan menyenangkan dan ini membuat hatiku merasa tenang dan nyaman. Sehingga memotivasi diriku lebih bisa berjuang dalam menulis skripsi yang memiliki lika-liku tersendiri pula.

KKN begitu menyenangkan, kami diberi kesempatan untuk terjun langsung ke lapangan. Membaur dengan masyarakat baru dengan mengemban misi perdamaian dan kemajuan. Banyak cerita yang aku dapatkan dari ber-KKN ria ini. Entah itu cerita horor dibalik tempat yang kami tinggali selama satu bulan kala itu. Atau kehidupan persabahatan dan percintaan yang menjadi sebuah kisah klasik dikehidupan Kuliah Kerja Nyata.

You May Also Like

0 komentar